Kemarin, tanggal sepuluh februari. Aku jalan-jalan. Bukan ke taman, bukan juga ke pantai.
Aku jalan-jalan ke organ tubuhku.
Awalnya aku pergi ke otak.
Di sana aku melihatmu, melihat kita.
Banyak sekali.
Di sana, aku dan kamu bahagia. Kita saling beradu tatap, sambil tersenyum.
Ada juga kulihat kita sedang berdua, kemudian kamu mencium keningku.
Ada juga kulihat aku yang memandangmu dengan raut berbunga-bunga. Juga kamu yang sedang berdiri di hadapanku sambil mengeluarkan kata-kata indah.
Ada juga kulihat aku dan kamu yang naik motor berduaan. Hujan-hujanan. Kuingat, saat itu kita belum jadian.
Aku senang.
Kemudian ku masuk ke dalam Hati.
Di sana aku juga melihatmu. Tapi sendirian.
Di sana, ku lihat kamu memegang sebuah pisau. Lalu menancapkan benda itu ribuan kali.
Di sana, kulihat kamu sedang memandang dengan mata yang begitu membenci.
Di sana, kulihat pula kamu berlarian tak tentu arah dengan kaki beralas duri.
Pedih.
Segera kutinggalkan Hati yang penuh dengan kesedihanku. Yang penuh dengan kamu yang tanpa salah sedang menyakitiku.
Akhirnya aku keluar. Menuju pintu yang bertuliskan "Keyakinan".
Kubuka pintu itu, ku masuk di dalamnya.
Di sana masih ada kamu.
Juga aku.
Kita bersebelahan, tapi tidak bersama-sama.
Mulai saat itu aku sadar bahwa kita berbeda.
Bahwa kita tidak boleh dipersatukan.
Bahwa kita meyakini sesuatu yang akan memisahkan kita.
Bahwa sebesar apapun cintaku padamu, tidak akan ada artinya.
Karena
Kamu milik Tuhanmu.
Dan aku milik Tuhanku.
Comments
Post a Comment