"Bagaimana mau disukai, kalau mencintai diri sendiri ga mampu. Masalah itu diselesain jangan diumbar-umbar doang."
Hai!
Siapapun kamu yang tulis ini untuk gue di postingan kemarin, makasih banget.
Gue serius.
Makasih banget sudah menyadarkan gue bahwa, sesungguhnya gue hanya lari dari masalah. Bahwa gue hanya mencoba kembali ke zona nyaman gue, dengan membawa-bawa masalah keluarga di dalamnya. Tapi serius, bukan untuk mengumbar masalah atau apapun itu, sebenarnya gue hanya ingin didengarkan. Bukan untuk mengumbar aib keluarga gue, gue hanya gatau mau cerita tanpa memberi beban ke pendengar, berharap akan ada yang menenangkan gue di komen section. Dan gue memilih untuk menuliskannya di blog, seperti yang biasanya gue lakukan.
Sedihnya, postingan gue yang kemarin ga berisi apa-apa selain keluhan, selain rengekan gue yang minta dingertiin oleh orang-orang. Ga dewasa banget. Manja banget. Caper banget. Kalau dipikir-pikir, gue selalu seperti itu.
Caper.
Gak bisa gue pungkiri, gue sangat suka dengan perhatian. Maksud gue bukan menjadi pusat perhatian, tapi diberikan perhatian oleh orang-orang terdekat gue. Gue suka saat di mana orang lain senyum melihat gue, saat orang lain memuji gue, saat orang lain mendengarkan apa yang gue ceritakan dan keluh-kesahkan. Gue sangat menyukai itu semua, sampai gue lupa bahwa gue juga butuh tekanan. Gue juga butuh masukan. Gue juga butuh kritikan dari orang lain.
Selama ini, gue selalu merasa bahwa gue ini cewek kuat. Bahwa gue ini cewek sabar. Tapi gue sendiri ga sadar bahwa itu semua pada akhirnya membuat pikiran gue sempit. Membuat gue merasa seakan-akan masalah orang lain ga akan pernah seberat gue. Sampai pada akhirnya, saat gue diberi kritikan, gue menjadi down. Gue jadi ngga terima dan malah mikir "Tahu apa lu tentang gue?" "lo ngga bakal ngerti." Sombong banget ga sih?
Jujur, pas gue baca komentar yang gue kutip di atas, awalnya gue tertohok. Gue sedikit jengkel, karena gue malu. Gue malu mendapat komentar seperti itu dari orang, dan rasa malu itu akhirnya menyadarkan gue bahwa gue ga boleh kayak gitu lagi. Dari sini gue mulai belajar, ga semua orang harus mengerti keadaan lo, dan ga semua hal harus diceritakan. Dalam kasus ini, mungkin apa yang gue ceritakan di postingan itu memang sangat terang-terangan, minta dikasihani.
Buat kamu yang sudah menyadarkan gue, sekali lagi gue ucapin terimakasih. Mungkin kalau kamu ga ninggalin komentar seperti itu, gue ga bakal sadar dan akan selalu ingin dingertiin. Tapi di sini gue ingin bilang pendapat gue bahwa kita juga ga boleh menyepelehkan masalah seseorang. Ga ada yang tahu masa lalu orang lain itu seperti apa, ga ada yang tahu luka apa yang masih tersimpan sama orang itu. Ga semua hal bisa dihadapi. Terutama tentang traumatik. Kalau suatu hal bisa membuat mental lu memburuk, ya kenapa harus dijalanin? Iya ga si?
Dan untuk lo yang mungkin tertekan, butuh pendengar dan sangat ingin didengarkan, yuk sini kita cerita. Mungkin, gue ga bisa ngasih solusi terbaik, tapi setidaknya gue berharap bahwa lu bisa merasakan bahwa ada loh yang mau dengerin lu tanpa lo harus ngerasa mereka bisa terbebani.
Gue harap tulisan gue kali ini bukan hanya sebagai reminder buat diri gue sendiri, tetapi juga buat kalian yang sedang membaca ini.
Have a great day! Jangan lupa bersyukur dan selalu tersenyum, ya!
with love,
Vad.
Comments
Post a Comment