Meraba-rabanya lama, gapapa kan?


Inget banget saat itu,

Saat aku dengan percaya dirinya memamerkan mimpi-mimpi "liar" kita, yang  kalau diceritakan sekarang.. rasanya.. disebutkan saja menggelikan.. 

Saat diri ini bahkan ga takut akan badai yang menanti, asalkan ngadepinnya barengan, asalkan gak sendirian, ya gapapa aja rasanya..


Huaa, kangen!


Aku gak pernah menyangka, lho, kalau hari terakhirku menjadi mahasiswa, hari yang katanya menjadi hari "pelepasan", hari yang  katanya menjadi hari kebebasan menuju dunia yang sesungguhnya (kata mereka), justru menjadi awal mula terbatasnya mimpi-mimpi itu terucap dengan lantang. 


Nyatanya malah tersesat. 

Yang penting punya kerja. 

Yang penting mama papa gak kecewa.. 

Yang penting.. gak jadi beban keluarga


Lantas, aku mau-nya apa, sih? 

Ya.. Gak tau juga. 

Aku masih meraba-raba; 

. apa tempatku sekarang adalah yang terbaik untukku? 

. apa kegelisahan yang kurasakan saat ini akan ikhlas kujalani setahun atau bahkan 10 tahun kedepan?

. apa memang ini yang kuinginkan?


Tapi apakah poin ini bisa jadi acuan hingga pada akhirnya aku tahu aku mau menjadi "Vadia" yang seperti apa?

Ya.. Gak tau juga. 

Meskipun mungkin proses merabanya akan sangat lama, bukankan pengalaman-pengalaman ini yang akan menentukan siapa aku berpuluh-puluh tahun yang akan datang?


Namun, kalau boleh mengutarakan,  

Mimpi-mimpi yang dulunya sering kusebutkan dengan penuh semangat, 

Lika-liku badai yang kubayangkan sebagai jalan untuk mencapai mimpi itu, 

Mereka masih menjadi bagian dari diriku yang kuharap sudah tertulis menjadi salah satu perjalanan dalam proses meraba-rabaku.  


Hingga akhirnya aku paham, bahwa apapun yang sudah ditakdirkan, entah hal itu membahagiakan, nyaman, menyakitkan, memanglah takdir terbaik untukku. 


Comments